rasa syukur dan tanda tanya besar

      Kebetulan aku (dan teman-teman seangkatan) sedang disibukkan oleh ujian di akhir blok, bahkan rangkaian ujian belum selesai saat tulisan ini dipublikasikan. Baru tiga hari, tetapi melelahkan. Setidaknya sisa satu ujian saja. Kemudian sisa satu blok (baru) di semester ini. Bismillah. Izinkan aku menulis sedikit tentang hari ini.

******

    Di tengah melepas penat, aku menerima dua kabar yang menyenangkan: kakak sepupuku berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi negeri nasional, tepatnya sebuah perguruan tinggi negeri yang sangat bergengsi; serta pacarku akan berangkat ke Malaysia awal semester depan, bertingkah sebagai salah satu mahasiswa inbound dari jurusan kami tercinta. Kalian hebat! Syabas! Aku ucapkan rasa syukur dan bangga yang terdalam untuk kalian. Dalam susana haru kecil-kecilan, kabar ini menjadi refleksi bagi diriku. Kapan aku memiliki kesempatan seperti mereka? Bagaimana aku bisa seperti mereka? Jiwaku ini serasa didera perasaan rendah diri yang amat agung sehingga segala langkah yang akan aku buat tertahan olehnya. Tentunya masalah ini tidak timbul seketika itu tanpa penyebab. Namun, apakah aku akan selalu menyalahkan tentang itu? Benarkah apabila aku akan menjadi seperti ini terus? Hmm... kupikir tak akan bisa tidak menyalahkan Sang Bedebah, sampai faktor predisposisi itu tereliminasi, Setidaknya hingga saat ini aku harus bisa banyak belajar bersabar, sadar diri, dan berusaha. Ya Allah... berikan aku kesempatan yang baik untuk kebaikanku, untuk kebaikan ibuku, untuk kebaikan adikku, untuk kebaikan keluargaku, dan untuk kebaikan semua orang. 

******

Aku ingin seperti mereka. Bukannya aku iri, tetapi aku juga ingin punya kesempatan seperti mereka. Tidak persis seperti mereka, tetapi punya kesempatan seperti mereka. Aku mohon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

preambule