rintihan si bengal

       Saatnya menulis lagi. Blok terakhir di semester ini akan segera berakhir, ditandai dengan munculnya ujian pertama di keesokan hari. Lalu selesai begitu saja? Sayangnya, tidak. Aku masih harus mengambil data penelitian yang tak kunjung terambil karena polah sekolah. Lagi pula masih ada KKN yang perlu aku laksanakan demi menamatkan masa sarjanaku ini. Yah, coba kita mulai untuk menulis.

******

    Beberapa menit yang lalu, aku sempat menangis selama 10 detik. Tidak lama tetapi cukup untuk melepas kesedihanku. Aku tak bisa berbuat banyak untuk ibu dan adik-adikku, atau memang belum pernah berbuat? Lagi-lagi kami mendapat cobaan dari orang yang rasa sayangnya meragukan itu. Aku masih ingat betapa kecewanya aku saat mendengar perkataannya bahwa ia bisa sembuh dengan mudah, tanpa menyebut peran ibu dan kami. Saat ibu dan kami sakit, kata lebai dan manja itu selalu terhunus pada pendengaran kami olehnya. Berlagak congkak serasa paling pintar dan sehat, dia menganggap enteng hal-hal buruk yang terjadi padanya. Padahal itu semua bom waktu. Bom yang bisa meledak kapanpun, yang akan merugikannya dan kami. Ternyata kemarin adalah saatnya. Bahkan di saat genting saja, dia tak mengacuhkan saran mulia dari ibu dan adikku. Dalam kondisinya yang seperti itu saja masih tetap bengal. Aku selalu bingung, yang sebenarnya bengal itu dia atau kami? Apakah yang dia minta kami untuk mendengar suaranya? Bukankah kami selalu mendengar dan menurutinya? Apakah kurang puas kami ini untuk memuaskan egomu, Yang Mulia? Aku ingin berkata bahwa sebaiknya dicukupi saja bualan si raja bengal itu, tetapi apa daya. Untungnya, hidup harus tetap berjalan. Mungkin berat, tetapi selalu ada hikmah di balik peristiwa. Mau itu pahit, mau itu pahit sedikit. Apa yang kamu tanam, maka itulah yang akan kamu tuai. Sebelum kamu mengatakan orang lain bengal, ketahuilah bahwa kamulah si raja bengal itu.

******

Aku sebenarnya ingin menulis lebih banyak lagi, tetapi orang menulis butuh ide dan kekuatan, 'kan? Nah, biarkan aku menyelesaikan catatan untuk belajar ujianku dulu, ya. Sepertinya dengan menulis sependek ini, kalau tidak cukup, ya sedikit membantu melipur lara, lah. Doakan aku, ibuku, adik-adikku, kami, kamu, dan kalian baik-baik saja. Aku sayang ibu dan adik-adikku. Aku pasti bisa membahagiakanmu. Aku tahu kalian lelah sekali. Semoga segala hal yang buruk cepat-cepat segera berakhir, ya. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

preambule

rasa syukur dan tanda tanya besar